Adm.News - Keprihatianan terhadap konflik sosial yang marak terjadi di beberapa
kabupaten Provinsi Lampung belakangan ini menginisiasi Pusat Studi
Kebijakan Publik Lembaga Penelitian Universitas Lampung (PSKP Lemlit
Unila) untuk menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema
Strategi Kebijakan Penanganan Konflik Sosial di Provinsi Lampung.
Diskusi terbatas yang diselenggarakan di ruang rapat Lemlit Unila,
gedung rektorat lantai V, Kamis (4/12) ini dihadiri 16 akademisi Unila
dari berbagai disiplin ilmu. Di antaranya Dr. Eng Admi Syarif, Dr.
Ambya, S.E., M.Si., Dr. Nairobi, S.E., M.Si., Dr. HS Tisnanta, S.H.,
M.H., Drs. Ikram, M.Si., Dr. Heni Siswanto, S.H., M.H., Dr. Eko Raharjo,
S.H., M.H., dan Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si.
Penyelenggaraan kegiatan dilatarbelakangi oleh sorotan berbagai pihak
yang muncul karena beberapa wilayah kabupaten di Lampung dalam beberapa
tahun terakhir sering terjadi konflik kekerasan dengan tingkat eskalasi
dan intensitas yang cukup tinggi.
Data mutakhir dari Polda Lampung (2012) menunjukkan, terdapat 108
titik rawan konflik sosial di 15 kabupaten/kota se-Provinsi Lampung.
Dari jumlah tersebut faktor penyebab paling besar adalah poleksosbud
71,2 persen, kemudian faktor SARA 18,5 persen, lalu faktor sumberdaya
alam 5,5 persen, dan faktor batas wilayah 4,6 persen. Hal itu
menunjukkan Lampung sesungguhnya sangat rentan terhadap konflik sosial
yang bernuansa etnik.
Kepala PSKP Unila Hartoyo yang menjadi moderator dalam FGD ini
mengatakan, keprihatinan terhadap konflik sosial di Lampung yang
seharusnya damai, tentram, tapi masih diwarnai konflik sosial dan
kekerasan yang merusak harta benda, menimbulkan korban nyawa, hingga
pengungsian ini mulai bersifat rutin. Ini menunjukkan masyarakat kita
rentan terhadap konflik sosial yang bernuansa etnik.
“Atas dasar itu PSKP Unila berinisiatif mengundang para ahli untuk
menangani konflik ini dalam focus discussion group khususnya dalam
bidang ilmu sosial dan ilmu-ilmu tekait dalam rangka penanganan konflik.
Diharapkan ada strategi global yang bisa kita rekomendasikan bagi
kabupaten/kota sehingga ke depan konflik-konflik ini tidak terjadi
lagi,” paparnya.
Adapun tujuan diselenggarakannya diskusi terbatas ini antara lain
untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik sosial bernuansa
etnik yang disetai dengan tindak kekerasan dan perusakan harta benda
yang terus terjadi di Provinsi Lampung. Kemudian mencari apa saja
strategi yang perlu dilakukan pihak terkait agar masyarakat Lampung ke
depan dapat hidup rukun dan damai. Tak hanya itu, kegiatan diharapkan
mampu menghasilkan beberapa masukan yang dapat menjadi bahan
pertimbangan lembaga eksekutif dan legisatif dalam merumuskan strategi
kebijakan dalam rangka menciptakan kerukunan dan kedamaian hidup bersama
antaretnik di Provinsi Lampung secara berkelanjutan.
Dari hasil diskusi kelompok terfokus FGD ini dihasilkan beberapa
faktor penyebab terjadinya berbagai konfli social di Lampung. Antara
lain dimulai dari kecemburuan sosial akibat adanya kesenjangan ekonomi
antarpenduduk asli dan pendatang, kemudian faktor budaya, pendekatan
hukum yang masih lemah, persepsi, prioritas yang tidak seimbang,
dominasi akses sumberdaya, hilangnya rasa nasionalisme, pendidikan ilmu
agama yang sudah memudar, kurangnya ruang interaksi antaretnis,
hilangnya rasa saling menghormati dan menghargai, hingga kurikulum
pendidikan yang sudah mengalami pergeseran.
Menanggapi hasil diskusi tersebut, Admi Syarif yang juga peserta
sekaligus Ketua Lembaga Penelitian Unila berencana menindaklanjuti
kegiatan terbatas tersebut dengan mengagendakan roadshow ke
kabupetan/kota se-Provinsi Lampung. Roadshow akan dilakukan melalui PSKP
Unila ke beberapa wilayah di Lampung yang rentan konflik. Hal ini
ditujukan untuk menangkap isu-isu mendasar dan terkini.
“PSKP sebagai media untuk mewadahi para akademisi menyelesaikan
konflik/memfasilitasi dan hasilnya direkomendasikan ke kabupaten/kota
khususnya yang berkaitan dengan kebijakan publik. Lemlit sangat
mendukung, payungnya sudah ada, pintunya sudah terbuka lebar. Harapan
saya diskusi ini akan berlanjut agar kita bias duduk bersama menggali
dan membahas isu-isu yang terjadi,” kata dia.
Sumber: unila.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar