Rabu, 19 November 2014

“ Only You ” Oleh: Cici Fiska O.S


Cerpen: Ingin rasanya ku hentikan waktu ketika aku bersamamu karena ku tak ingin saat – saat itu cepat berlalu, dan ingin rasanya ku percepat laju waktu ketika kau tak berada disisiku agar dapat ku hentikan kembali waktu itu saat kembali lagi bersamamu.. andai aku bisa, aku akan lakukan itu…
Hal yang membahagiakan dan tak dapat dibeli dengan apapun adalah saat dapat bersama dengan orang yang sangat dicintai, dan sangat menyedihkan jika harus kehilangannya.. mungkin itulah yang kurasakan saat ini. Sedih, sakit, pilu, semua bertaut menjadi satu di hati ini ketika aku harus mengambil pilihan yang berat untuk hatiku.

Namaku Noca, saat ini usiaku sudah menginjak 21 tahun, sudah 4 tahun ini aku harus rela kehilangan seseorang yang selama 3 tahun mengisi relung hatiku, Radit, itulah namanya. Awal pertemuan kami seperti film, saat aku dan dia secara tidak sengaja masuk ke dalam taxi yang sama saat akan berangkat sekolah di hari pertama masuk SMU. Awalnya aku sempat kesal namun mau tidak mau kamipun berangkat bersama karena memang kami bersekolah di sekolah yang sama. Sejak saat itu entah mengapa aku jadi sering bertemu dengannya walau kami bukan teman sekelas. Begitu aku mulai banyak mengenalnya aku mulai tertarik dengannya, bukan hanya karena wajahnya yang tampan dan senyumnya yang menawan namun karena kepintarannya dan kejenakaannya. Kami berteman cukup dekat dan tak ku sangka awal kenaikan kelas 3 ia menyatakan cintanya padaku didepan beberapa teman sekelasku, jujur ia lah orang pertama yang mampu membuatku tak dapat mengontrol detak jantungku. Tak berpikir panjang akupun menerimanya walau hanya dengan anggukan dan senyuman, aku tak dapat membendung air mata bahagiaku saat itu, ketika melihatku menitikkan air mata karena terharu, kurasakan lengannya mendekapku hangat, sangat hangat bahkan rasanya aku tak ingin terlepas kembali, andai aku bisa akan ku hentikan waktu ini.

Masa-masa bahagia kami lalui selama hampir 3 tahun hingga kami masuk perguruan tinggi yang sama, namun masa – masa itu tak mampu bertahan lama. Tuhan berkata lain akan hubungan kami, kejadian itu terasa sekejap mata merenggut setengah dari hidupku.Saat itu hujan deras, aku dan Radit baru saja pulang dari toko buku untuk mencari bahan tugas kuliah, dengan mobilnya ia mengantarku pulang, jam menunjukkan pukul 10 malam dan hujan semakin deras, setibanya di rumahku ia langsung pamit pulang, perasaanku tak enak saat itu, aku sempat mencegah langkahnya menuju mobilnya, “ jangan pulang tinggalah dulu disini sampai hujannya reda ” pintaku padanya namun “ enggak apa-apa sebentar lagi pasti hujannya reda ” ucapnya dengan senyuman hangat yang selalu mampu meyakinkan hatiku namun kali ini senyum itu justru membuatku semakin khawatir padanya dengan berat hati aku merelakannya pulang ditengah cuaca buruk.

Di tengah jalan yang licin dan gelap saat tikungan tajam, sebuah minibus berlaju kencang ke arahnya. Kejadian naas itu pun terjadi, beruntung nyawanya dapat diselamatkan walau ia dalam keadaan koma. Mendengar hal itu aku histeris sejadi-jadinya bahkan sempat tak sadarkan diri karena sedih dan tak percaya akan hal itu. Dokter mengatakan ada sedikit gangguan di syaraf otaknya karena benturan yang cukup kuat, kalaupun ia sadar ia akan kehilangan sebagian ingatannya, dan mungkinkah sebagian itu adalah aku? Aku hanya dapat pasrah dan berdoa untuknya. Orang tuanya akhirnya mengirim Radit keluar negeri untuk mendapatka perawatan intensif, dan itu artinya aku harus rela kehilangannya jikalau aku hilang dari memorinya. 4 tahun berlalu dan 4 tahun pula aku hilang kontak darinya. Aku hanya mendengar kabar bahwa keadaanya mulai membaik walau memang benar ingatannya belum pulih, kemungkinan pulih kembali hanya 10 persen, rasanya tak ada lagi harapan untuk bersamanya.

“ hey Noca! ” panggil sahabatku yang seketika membuyarkan lamunanku. “ eh kamu Syla ” jawabku padanya, “ melamunkan apa sih kamu daritadi?” tanyanya heran “ ah enggak kok ” elakku berusaha menutupi kesedihanku “ oh ia aku ke ruang dosen dulu ya ketemu pak Ridho ” lanjutku mengalihkan pembicaraan sambil berlalu pergi dari Syla. Aku gak mau terlalu larut lagi dalam kesedihan, karena justru sangat menyakitkan bagiku. Walau sulit aku haruis tetap tegar, ada satu kata-kata dari Radit yang dapat menjadi kekuatan bagiku “ apapun yang terjadi pada kita, tetaplah menjadi pelangi di tengah awan kelabu, semua itu tidak boleh memudarkan warna indahmu, yakinlah cinta akan membawa kita selalu bersama” hanya itu yang selalu dapat membuatku kuat, sampai saat ini tak ku temukan yang lalin yang sepertinya.

Minggu pagi susasana tidak seperti biasanya, lebih cerah. Entah mengapa perasaanku hari ini jauh lebih baik, mungkin ada hal baik yang akan datang. Minggu pagi ini aku berangkat ke kampus walaupun libur namun ada yang harus ku kerjakan bersama sahabatku Syla. Sesampainya di kampus aku menuju ke salah satu kelas tempat kami janji bertemu. Setibanya disana aku menemukan Syla tengah bekerja dengan laptopnya, segera ku hampiri dirinya untuk membantunya. Ketika tengah bekerja, Syla mengalihkan pembicaraan dari hal tugas ke hal lain, “ Noca, kalau kamu boleh minta satu permintaan, kira-kira apa yang akan kamu minta?” Tanya Syla padaku, akupun menghentikan tanganku untuk menulis, mungkin saat ini raut wajahku berubah, “aku..” ucapku terputus, “aku hanya ingin saat ini ada Radit di hadapanku Syl” lanjutku. “permintaanmu terkabul” tiba-tiba suara muncul dari arah belakangku, suara yang tak asing lagi bagiku, suara yang selama ini kutunggu. “ Radit!!!” seruku ketika melihatnya tengah berdiri di depan pintu kelas, akupun segera berlari menghampirinya. Ada perasaan bahagia yang kembali muncul dihatiku, aku pun memeluk Radit, “aku rindu kamu dit..” isakku bahagia, tak dapat kubendung tangisanku yang akhirnya pecah dipeluannya. “ maaf membuatmu menunggu lama, terima kasih untuk menjaga hatimu untukku” bisik Radit lembut di telingaku, tak dapat ku gambarkan perasaanku saat ini. Ternyata setelah siuman dari komanya Radit tak sepenuhnya kehilangan ingatannya, entah mngapa hanya aku yang tetap tinggal diingatannya, hal yang aneh memang. Setelah berapa tahun kesehatan dan ingatannya mulai pulih, ia kembali ke Indonesia,dan mencariku disini. Penantian panjangku berakhir bahagia, akhirnya ku dapatkan kembali pelukan hangat, senyuman dan dirinya yang kurindukan. Kamu benar Dit “cinta kan selalu membawa kita bersama”.

----- end-----

Oleh: Cici Fiska O.S

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Karya Tulis dan Info Lomba