Adm.News - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP
Unila) bekerja sama dengan Jaringan Prodemokrasi menggelar seminar
sehari Demokrasi Substansial Menuju Kesejahteraan Rakyat: HGU Untuk
Koperasi Rakyat, Langkah Konkret Mensejahterakan Rakyat. Kegiatan
dihelat di Aula FISIP Unila, Kamis (9/4) lalu.
Dalam sambutannya Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LP2M) Unila Dr. Eng. Admi Syarif, mewakili Rektor
mengatakan, persoalan tanah dan pertanian merupakan isu yang strategis
dan sangat potensial, khususnya di wilayah Indonesia dan Provinsi
Lampung.
Lampung, kata dia, merupakan salah satu provinsi yang memiliki
keunggulan di bidang pertanian. Ironisnya, jumlah petani semakin
berkurang seiring dengan minimnya lahan pertanian. Menurut Admi, kini
petani bukan lagi profesi yang menarik di perdesaan.
Kondisi itu sangat miris manakala Lampung digadang-gadang menduduki
posisi ketiga di dunia khususnya untuk produksi nanas, nomor tujuh untuk
produksi padi, dan nomor satu untuk produksi singkong di Indonesia,
tetapi rata-rata luas lahan pertanian yang dikelola tidak kurang dari
seperempat hektare untuk satu petani.
“Kita bandingkan dengan Jepang yang mengolah 17,5 hektare, Amerika
Serikat mengelola 25 hektare, dan Australia seluas 12 hektare rata-rata
per kepala keluarga per petani. Karena itu kita memang perlu berdiskusi
banyak tentang isu ini, khususnya hak guna usaha untuk petani sehingga
bisa menjadikan petani kita ke depan lebih maju lagi serta mengembalikan
petani sebagai profesi yang membanggakan,” imbuhnya.
Noer Fauzi Rachman yang menjadi pemateri dalam seminar bertajuk
“Mengembalikan Profesi Petani Sebagai Profesi yang Membanggakan” ini
memaparkan, kesempatan kerja di sektor pertanian semakin menyempit dari
tahun ke tahun dibanding dengan mereka yang membutuhkan pekerjaan ini.
Minat bekerja pada bidang pertanian juga semakin menipis.
Banyak sekali lapisan orang miskin di pedesaan itu, mayoritas yang
tidak bertanah dan tidak bisa menikmati sekolah tinggi harus mengambil
risiko pergi ke luar desa untuk mendapatkan pekerjaan melalui kerja
migran di kota provinsi hingga luar negeri.
Menurut Noer Fauzi, cara pembentukan system produksi kapitalis
khususnya akibat-akibat dari perluasan konsensi-konsensi proyek
pertambangan, kehutanan, perkebunan, infrastruktur, dan lainnya
merupakan sisi gelap dari sistem pertanian di negara ini. Produktivitas
rakyat yang hidup di sistem-sistem produksi yang akan dihancurkan oleh
sistem produksi kapitalistik yang baru ini sesungguhnya diabaikan dan
sama sekali tidak diperhitungkan dan dihargai.
Sisi gelap ini berusaha disembunyikan dari cerita-cerita publik,
lebih-lebih di kantor pemerintah. Sebaliknya kebijakan dan fasilitas
pemerintah diarahkan untuk mempermudah para perusahaan raksasa bekerja
untuk memperbesar kapasitas produksi komoditas-komoditas global,
mensirkulasikannya, dan menjualbelikan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan keuntungan dan penumpukan kekayaan.
Sumber: unila.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar